Saturday, November 10, 2012

Kebudayaan Islam di Indonesia

Posted by Liea Iskandar On 7:41 AM

Indonesia merupakan negara agraris, yang mempunyai beraneka ragam khasanah budaya yang hidup dan berkembang seiring dengan perjalanan pembangunan yang semakin pesat. Keanekaragaman budaya bunalah penghalang bagi bangsa Indonesia dalam menyatukan tekat dan rasa, justru merupakan suatu sarana untuk menjalin persaudaraan yang erat dan terpadu dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika, yang artinya bebeda-beda tetapi tetap satu juga.

Sebagai bangsa yang mempunyai berbagai kebudayaan maka bangsa Indonesia perlu mengadakan usaha untuk pelestarian dan perlu mengadakan usaha untuk pelestarian dan pengembangan kebudayaan serta kesenian daerah yang memiliki nilai-nilai budaya yang tinggi. Karena kalau tidak, kebudayaan lama kelamaan dikhawatirkan akan tergeser oleh kebudayaan asing yang bertentangan dengan budaya bangsa Indonesia.

Kebudayaan bangsa merupakan kebudayaan yang timbul dari buah budi rakyat Indonesia seutuhnya. Oleh karena itu kebudayaan bangsa perlu diusahakan perkembangannya agar mampu menampung dan menumbuhkan daya cipta para seniman serta dapat meningkatkan dan membangkitkan gairah membangun.

Dengan adanya pengembangan kebudayaan Nasional diarahkan untuk memberikan wawasan budaya dan makna pada pembangunan Nasional dalam segenap dimensi kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegaa serta ditujukan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia, memperkuat jati diri dan kepribadian bangsa, maka nilai luhur bangsa harus tetap ditingkatkan. Selain itu perlu digerakkan pula hasrat masyarakat luas untuk berperan aktif dalam proses pembinaan dan pengembangan kebudayaan Nasional.

Sebagaimana dijelaskan dalam ketetapan MPR RI No. II/MPR/1993, tentang GBHN, Bahwa:

Pembangunan Kebudayaan Nasional diarahkan untuk memberikan wawasan budaya dan makna pada pembangunan Nasional dalam segenap dimensi kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara serta ditujukan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia seutuhnya serta memperkuat jati diri dan kepribadian bangsa, kebudayaan Nasional yang mencerminkan nilai luhur bangsa terus dipelihara, dibina dan dikembangkan dengan memperkuat penghayatan dan pengamalan Pancasila, meningkatkan kwalitas kehidupan, memperkuat jati diri dan kebanggaan Nasional memperkokoh jiwa persatuan dan kesatuan bangsa serta mampu menjadi penggerak bagi perwujudan cita-cita bangsa. Hasrat masyarakat luas untuk berperan aktif dalam proses pembinaan dan pengembangan kebudayaan Nasional terus digairahkan. (GBHN, 1993 : 285 )

Kesenian adalah bagian dari kebudayaan yang merupakan buah hati masyarakat yang cukup penting bagi kehidupan manusia seiring dengan perkembangan tingkat peradaban manusia itu sendiri. Kesenian itu sendiri perlu dilestarikan dan dikembangkan. Salah satu usaha mengembangkan dan melestarikan kesenian agar tidak henti, maka perlu adanya pengenalan faktor kualitas kesenian itu sendiri. Usaha pelestarian dan pengembangan kebudayaan bangsa yang berkepribadian Nasional perlu ditumbuhkan kemampuan masyarakat untuk mengangkat nilai-nilai budaya daerah yang sangat luhur dan beradab serta mampu menyerap budaya asing yang positif untuk memperkaya budaya bangsa.

Kedatangan Islam diberbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan. Demikian pula kerajaan-kerajaan dan daerah-daerah yang didatanginya mempunyai politik dan sosial budaya yang berlainan. Pada waktu kerajaan Sriwijaya mengembangkan kekuasaannya sekitar abad ke-7 dan 8, selat malaka sudah mulai dilalui oleh pedagang-pedagang muslim dalam pelayarannya ke negeri-negeri di Asia Tenggara. Sumber tertulis tentang kedatangan Islam di Indonesia, antara lain :

1. Diketemukan Makam seorang tokoh wanita Islam yaitu Fatimah binti Maimun yang Batu Nisannya tertulis dengan Bahasa Arab di Leran, Gresik Jawa Timur.

2. Adanya berita tertulis di Gua di Pasuruan (Jawa Timur) tentang pedagang Persia dan Gujarat yang kemudian disebut sebagai (Berita Marcopolo)

Pendapat para ahli tentang negeri asal masyarakat muslim yang memperkenalkan agama Islam kepada bangsa Indonesia juga berbeda-beda, ahli-ahli yang memberi tafsiran seperti dikatakan dalam berita Cina pada abad ke-7 adalah orang-orang Arab, mengambil kesimpulan bahwa orang-orang muslim yang datang ke Indonesia dari Arab tetapi sebagian ahli diantaranya C. Snauk Hurgronje, berpendapat bahwa orang-orang Islam datang dan menyebakan agamanya pertama di Indonesia tidak langsung berasal dari negeri Arab, mereka adalah orang-orang Islam dari Gujarat (India). Bukti-bukit hubungan-hubungan langsung antara Indonesia dengan Arab contohnya adalah hubungan utusan dari Mataram dan Banten ke Mekkah pada pertengahan abad ke-7. (Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, 1984 : 182).

Berdasarkan pendapat di atas maka jelaslah tidak mudah untuk memastikan darimana pembawa pertama Islam ke Indonesia. Mungkin lebih baik dikatakan bahwa pembawa Islam ke Indonesia antara abad ke-7 sampai 13 adalah orang-orang muslim dari Arab, Persia dan India (Gujarat).

Sumber tertulis tentang adanya kecenderungan pembawa Islam ke Indonesia adalah orang-orang muslim dari Arab, Persia dan India (Gujarat). Adalah adanya “Berita Marcopolo” di Gua di Pasuruan, Jawa Timur yang menyebutkan mengenai Dato’ri Bandang yang pergi ke Gowa, Tuan di Bandang dan Tuan Tunggang Parangan ke Kutai, Penghulu Demak dan sejumlah tentaranya ke Kerajaan Banjar, disamping iu ada hubungan antara Sunan Giri dengan Hindu dan Ternate ; Pate Quetir yang pernah diam di Kalangan masyarakat Jawa di Malaka kemudian ke Cirebon dimana ia dikunjungi ulama Syeikh Soid dari Pasai yang dalam perjalanan ke Patani untuk mengajarkan Agama Islam di kalangan Raja-raja serta rakyatnya.

Luasnya jangkauan penyebaran Islam sehingga sampai ke Indonesia, kebudayaan sudah tercampur dengan pengaruh daerah ataupun negara-negara yang menjadi daerah perluasan Islam.

Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 adalah sebagai berikut :

Kebudayaan bangsa adalah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya.

Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah seluruh Indonesia terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudyaaan harus menuju kearah kemajuan abad, budaya dan persatuan dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.

Sebagai warga negara Indonesia yang diwarisi budaya bangsa hendaknya berusaha untuk menjaga, melestarikan dan mengembangkan kesenian yang merupakan salah satu cermin budaya Nasional atau cermin budaya bangsa Indonesia.

Begitu pula dengan seni tari yang telah mengalami perkembangan yang pesat, sejalan dengan meningkatnya daya cipta manusia. Hal itu terbukti dengan semakin banyaknya garapan tari baik tari tradisi maupun kreasi baru.

Pandangan masyarakat awam maupun masyarakat agamis terhadap seniman, khususnya seniman tari, pada saat ini dianggap kurang baik. Kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh oknum yang kurang baik, sehingga masyarakat awam dan agamis memandang atau menyimpulkan seniman tari berkelakuan yang tidak baik.

Bentuk pementasan tari dikembangkan dan dilestarikan sehingga bentuk tari yang ada di Pondok Pesantren Tahfidhul Qur’an yaitu tari Hadrah Markhaban Ala Sumenep dapat dinikmati oleh masyarakat luas.

B. Perkembangan islam di indonesia

Perkembangan islam di indonesia – Agama Islam masuk ke Indonesia dimulai dari daerah pesisir pantai, kemudian diteruskan ke daerah pedalaman oleh para ulama atau penyebar ajaran Islam. Mengenai kapan Islam masuk ke Indonesia dan siapa pembawanya terdapat beberapa teori yang mendukungnya. Untuk lebih jelasnya silahkan Anda simak uraian materi berikut ini.

clip_image001 Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Islam di indonesia

Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori Persia. Ketiga teori tersebut di atas memberikan jawaban tentang permasalah waktu masuknya Islam ke Indonesia, asal negara dan tentang pelaku penyebar atau pembawa agama Islam ke Nusantara.
Untuk mengetahui lebih jauh dari teori-teori tersebut, silahkan Anda simak uraian materi berikut ini.

1. Teori Gujarat

Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah:

a. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Indonesia.

b. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia – Cambay – Timur Tengah – Eropa.

c. Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang bercorak khas Gujarat.

Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard H.M. Vlekke. Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai. Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang menyebarkan ajaran Islam.

Demikianlah penjelasan tentang teori Gujarat. Silahkan Anda simak teori berikutnya.

2. Teori Makkah

Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu teori Gujarat. Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir).
Dasar teori ini adalah:

a. Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina.

b. Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. SedangkanGujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.

c. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar tersebut berasal dari Mesir. Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri. Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami? Kalau sudah paham simak

3. Teori Persia

Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti:

a. Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.

b. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu Al – Hallaj.

c. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda- tanda bunyi Harakat.

d. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.

e. Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah nama salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat.

Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan kelemahannya. Maka itu berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke – 7 dan mengalami perkembangannya pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India). Demikianlah uraian materi tentang proses masuknya Islam ke Indonesia.

Proses masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia pada dasarnya dilakukan dengan jalan damai melalui beberapa jalur/saluran yaitu melalui perdagangan seperti yang dilakukan oleh pedagang Arab, Persia dan Gujarat. Pedagang tersebut berinteraksi/bergaul dengan masyarakat Indonesia. Pada kesempatan tersebut dipergunakan untuk menyebarkan ajaran Islam. Selanjutnya diantara pedagang tersebut ada yang terus menetap, atau mendirikan perkampungan, seperti pedagang Gujarat mendirikan perkampungan Pekojan. Dengan adanya perkampungan pedagang, maka interaksi semakin sering bahkan
ada yang sampai menikah dengan wanita Indonesia, sehingga proses penyebaran Islam semakin cepat berkembang. Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubaliqh yang menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok pesantren. Pondok pesantren adalah tempat para pemuda dari berbagai daerah dan kalangan masyarakat menimba ilmu agama Islam. Setelah tammat dari pondok tersebut, maka para pemuda menjadi juru dakwah untuk menyebarkan Islam di daerahnya masing- masing. Di samping penyebaran Islam melalui saluran yang telah dijelaskan di atas, Islam juga disebarkan melalui kesenian, misalnya melalui pertunjukkan seni gamelan ataupun wayang kulit. Dengan demikian Islam semakin cepat berkembang dan mudah diterima oleh rakyat Indonesia.

Proses penyebaran Islam di Indonesia atau proses Islamisasi tidak terlepas dari peranan para pedagang, mubaliqh/ulama, raja, bangsawan atau para adipati. Di pulau Jawa, peranan mubaliqh dan ulama tergabung dalam kelompok para wali yang dikenal dengan sebutan Walisongo atau wali sembilan yang terdiri dari:

1. Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Syeikh Maghribi menyebarkan Islam di Jawa Timur.

2. Sunan Ampel dengan nama asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di daerah Ampel Surabaya.

3. Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel memiliki nama asli Maulana Makdum Ibrahim, menyebarkan Islam di Bonang (Tuban).

4. Sunan Drajat juga putra dari Sunan Ampel nama aslinya adalah Syarifuddin, menyebarkan Islam di daerah Gresik/Sedayu.

5. Sunan Giri nama aslinya Raden Paku menyebarkan Islam di daerah Bukit Giri (Gresik)

6. Sunan Kudus nama aslinya Syeikh Ja’far Shodik menyebarkan ajaran Islam di daerah Kudus.

7. Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Mas Syahid atau R. Setya menyebarkan ajaran Islam di daerah Demak.

8. Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Umar Syaid menyebarkan islamnya di daerah Gunung Muria.

9. Sunan Gunung Jati nama aslinya Syarif Hidayatullah, menyebarkan Islam di Jawa Barat (Cirebon)

Demikian sembilan wali yang sangat terkenal di pulau Jawa, Masyarakat Jawa sebagian memandang para wali memiliki kesempurnaan hidup dan selalu dekat dengan Allah, sehingga dikenal dengan sebutan Waliullah yang artinya orang yang dikasihi Allah.

Categories:

0 comments:

Post a Comment

Ads